Rabu, 06 Februari 2019

Resensi Novel " Biru "



Resensi
Judul Buku/Novel    : Biru
Pengarang               : Fira Basuki
Editor                       : A. Ariobimo Nusantara
Penerbit                   : PT Grasindo Widiasarana Indonesia, Jakarta
Tahun Terbit             : 2003
Cetakan                   : Pertama, Juni 2003
Tebal Novel              : x + 340 Halaman, 14 x 20 cm
Jenis Cover              : Soft Cover



Sinopsis

Apa yang ada dalam benak anda kalau diundang reuni teman-teman sekolah menengah atas? Mungkin anda akan langsung mengiyakan karena sudah lama tak jumpa dengan kawan-kawan lama yang sudah bertebaran di mana-mana. Kawan-kawan yang dulu satu perjuangan, yang selalu iseng bareng, bolos bersama, berkelahi beramai-ramai hingga kompak ngerjain guru. Bisa bersua lagi dengan mantan pacar yang kini sudah jadi pasangan orang lain. Ini mungkin yang langsung terbersit!

Tetapi ada juga yang enggan untuk ketemu teman-teman lama. Bisa jadi alasannya
karena kehidupannya tidak sesukses yang lain. Kalau yang lain datang membawa
Jaguar, Bentley atau minimal punya mobil Kijang butut, kalau anda hanya datang
dengan bajaj, tentunya ‘harga diri’ anda jatuh. Malu? Jelas dong. Lebih baik tak
datang. Atau juga alasannya sentimentil, karena punya banyak musuh bebuyutan
waktu sekolah. Apa saja bisa jadi alasan.

Sebuah reuni seharusnya menjadi sebuah gambaran puzzle utuh, setelah sekian lama tercerai berai oleh aktivitas kuliah, kerja, dan rumah tangga. Namun tidak dengan "Biru", sebuah novel besutan Fira Basuki. Reuni SMA Surya yang bertajuk "Biru" akhirnya menjadi kepingan yang tak terpecahkan... menyisakan kepingan yang masih tersebar tanpa membentuk sebuah pola.
Beragam tokoh harus melewati masa tiga bulan (terhitung dari undangan reuni) dengan berbagai rangkaian hidup yang penuh gejolak, tantangan dan persoalan hidup yang tak terpecahkan.

I Gede Pura yang hanya berprofesi supir taksi jelas agak enggan untuk datang. Kalau teman-temannya ada yang memiliki supir pribadi, Pura justru ‘terjerumus’ jadi supir. Ia sendiri tidak melanjutkan ke bangku kuliah karena tak biaya. Meski begitu, Pura mencari tambahan lewat kegemarannya bermusik, manggung di sebuah kafe.


Anna yang ‘sukses’ menjadi istri seorang pengusaha kaya juga enggan datang. Ia malu kalau hanya berstatus nyonya dan ibu rumah tangga yang telah memiliki dua anak—salah satunya berusia remaja. Anna sendiri langsung menikah seusai lulus sekolah menengah.

Tidak hanya Pura dan Anna yang enggan datang, Candy van Cook dan Lindih yang juga tak sudi datang. Candy yang cantik jelita dan bertubuh potongan model, tinggi kurus, merasa dirinya tak cantik lagi. Sudah ada kerut di sana sini, lemak bertaburan di mana-mana. Meski sebenarnya ia tetap tinggi kurus dan berdada rata. Lindih lain lagi. Sejak remaja, tubuhnya memang subur berisi.

Maka tak heran kalau teman-temannya memanggilnya dengan sebutan ‘Lindih Gembrot’.
Undangan reuni jelas tak bakal disambut gembira. Ia tak ingin ada yang mengingatnya sebagai ‘si Gembrot’.

Meski banyak yang enggan datang tetapi Mario Fernando, Harrison dan Kiranti tak keberatan untuk datang. Harrison alias Aris jelas akan datang karena ia termasuk dalam panitia yang merancang acara reuni ini. Kiranti juga tak punya alasan untuk tidak datang. Yang kepengen berat untuk datang adalah Mario. Hanya satu yang ingin ditemuinya, siapa lagi kalau bukan Candy, cinta pertamanya di masa remaja.

Kebetulan keduanya cocok semasa sekolah dulu, sama-sama mengerti tentang diri masing-masing hanya karena masalah sepele, Mario memiliki darah Filipina seperti juga Candy yang memiliki darah Belanda. Sama-sama blasteran. Sama-sama mengerti tentang enak tidaknya kalau berdarah campuran.

 Rencana reuni juga mulai mempertautkan kembali alumni SMU Surya yang terpisah-pisah ke dalam permasalahan yang lebih kompleks lagi. Anna yang dulu hanya berkutat sebagai ibu rumah tangga, mulai aktif dalam kegiatan sosial bersama Aris yang memiliki yayasan. Belakangan kegiatan sosial Aris ternyata busuk belaka.

Ia banyak melakukan korupsi terhadap dana-dana sosial yang diberikan berbagai perusahaan. Bahkan tanpa sengaja, Aris berkencan di hotel dengan Mita, anak Anna, hingga membuat Mita stress dan hampir menghancurkan kebahagiaan keluarga Anna.

Saat kelakuan busuk Aris hampir menyeretnya ke pengadilan, ia bisa menguak masa lalunya yang kelam. Masa-masa suram saat ia tinggal di panti asuhan tanpa pernah tahu siapa ayah ibunya, tanpa pernah mengenal keluarga besarnya. Aris menemukan asal usul dirinya lewat bantuan pengacaranya.

Mario juga tak ketinggalan. Ia berhasil mengungkap sejarah masa lalu ayahnya di Filipina. Ternyata sang ayah yang sudah memiliki istri saat menikahi ibunya yang asli Indonesia. Ia juga tahu kenapa ia selama ini mengalami impoten. Itu semua karena kutukan yang diberikan istri sang ayah di Filipina.

Hal yang sama juga bisa dilakukan Lindih. Selama ini ia curiga kalau suaminya selalu saja keluar kota dengan alasan tugas. Kemudian Lindih berhasil menemukan suaminya secara tidak sengaja, berselingkuh dengan perempuan lain. Yang membuat Lindih syok adalah ternyata sang perempuan adalah Kiranti, teman satu sekolahnya. Bahkan keduanya sudah resmi menikah.

Di balik musibah yang menimpa yang lain, Pura justru tengah merajut masa depannya. Secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang lelaki setengah baya yang baik hati, yang mau menampung bakat Pura dan grup band-nya. Band ini kemudian berkembang pesat setelah manggung secara rutin di sebuah kafe. Pura juga ditawari menjadi bintang sebuah iklan minuman ringan. Tidak hanya itu, Pura juga mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Priti, sesama anggota grup band-nya.

Premisnya yang sebenarnya sederhana, yaitu orang-orang yang ingin melakukan reuni setelah 20 tahun lulus dengan tema biru. Topik reuninya sendiri tidak menjadi pokok pembahasan dalam novel ini, yang menjadi topik utamanya justru adalah flashback dari masing-masing karakter dan apa yang mereka lakukan menjelang reuni tersebut.

Saya suka bagaimana setiap karakter diceritakan dengan gaya abu-abu, dimana mereka memiliki pembelaan/penjelasan terhadap tindakan mereka yang dianggap benar-benar salah oleh orang lain.

Keunggulan isi novel

1. Menyelipkan budaya lokal seperti doa yang biasa dilakukan umat Hindu Bali, seperti juga kala menyisipkan sedikit tentang sejarah jazz. Mistisisme Jawa juga tak dilupakan. Menceritakan pula tentang Pulau Layang-Layang yang sangat terkenal di Malaysia, juga suasana Filipina dalam kegemerlapan metro Manila.

2. Cerita yang ditulis tidak muluk-muluk, melainkan cerita yang memang banyak terjadi dalam kehidupan dengan segala intriknya.

3. Isi cerita berhasil memancing banyak rasa. Emosi, geregetan,penasaran, sedih, dll. Menyeret pembacanya untuk dapat masuk dan membayangkan jika berada di posisi tiap karakter yang ada.

4. Menceritakannya para tokoh beserta konfliknya pada awalnya terpisah2 tetapi disatukan dan menyambungkannya.

Kelemahan isi novel

1. Beberapa kejadian kecil di dalamnya sudah mampu ditebak, jadi kurang menarik.

2. Alur meloncat-loncat dengan sudut pandang yang berubah-ubah.

3. Terlalu banyak pendeskripsiannya, jadi kadang melenceng dari jalan cerita yg disampaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar